Friday 13 September 2013

BAHAYA PERSONAL DAN SOSIAL PADA MASA DEWASA


               
                       BAHAYA PERSONAL DAN SOSIAL PADA MASA DEWASA 



Berbagai bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masNIa dewasa dini berasal dari kegagalan untuk menguasai beberapa tugas perkembangan yang penting pada usia tersebut.
Kegagalan dalam menguasai tugas-tugas perkembangan masa dewasa dini yang mengakibatkan kegagalan memenuhi harapan sosial dalam berbagai aspek perilaku mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.
Rintangan yang dapat menghambat penguasaan tugas perkembangan pada masa dewasa awal, diantaranya ialah:
1. Dasar yang Kurang Memadai
2. Hambatan Fisik
3. Latihan yang Tidak Runtut
4. Perlindungan yang Berlebihan
5. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya yang Berkepanjangan
6. Aspirasi yang Tidak Realistik
Beberapa bahaya terhadap penyesuaian diri dan sosial yang sangat umum dan sering muncul selama tahun-tahun awal akil balik. Sementara semua orang dewasa tidak perlu mengalami semua bahaya ini, kebanyakan dari bahaya tersebut akan dialami pada suatu ketika oleh mayoritas orang dewasa muda.
Berbagai bahaya personal maupun sosial yang terdapat pada masa dewasa dini, yaitu:

1. Bahaya Fisik

Bahaya fisik yang terjadi pada masa dewasa dini juga tidak jauh berbeda dengan bahaya fisik pada masa kanak-kanak atau remaja.

Bahaya fisik tersebut diantaranya ialah:
a. Cacat fisik
b. Kesehatan badan
c. Penampilan yang kurang menarik

Akibat dari bahaya fisik ini adalah datangnya perasaan frustasi dan ketidak percayaan diri. Selain itu, bahaya fisik ini pun dapat mempersulit seseorang dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial.


2. Bahaya Keagamaan

Dua hambatan keagamaan yang terjadi pada masa dewasa dini yaitu:
a. Penyesuaian diri pada suatu agama baru sebagai pengganti agama keluarga di masa kanak-kanak
b. Tekanan dari sanak saudara suami atau isteri untuk memeluk agama mereka dalam perkawinan campuran.

Hambatan atau bahaya ini dapat mengganggu keadaan emosional individu pada masa dewasa awal.

3. Bahaya Sosial
Banyak orang pada masa dewasa awal mengalami hambatan yang sifatnya sosial. Tiga diantaranya adalah yang umum terjadi pada masa dewasa awal, yaitu:
a. Hambatan untuk bergabung dengan kelompok siosial tertentu yang cocok.
b. Rasa tidak puas dengan peran yang yang harus dimainkan dalam memenuhi harapan kelompok
c. Mobilitas sosial yang mengharuskan mereka untuk menyesuaikan dengan lingkungan baru.


4. Bahaya Peran Seks

Pada masa dewasa dini, seorang wanita cenderung untuk merasa lelah dan terpetangkap dengan apa yang sedang dihadapinya
sebagai seorang ibu rumah tangga. Dia harus mengurusi segalanya di rumah serta mengalami konflik mendahulukan karier suami.

Berbagai bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masa dewasa dini berasal dari kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar tugas perkembangan yang penting pada usia tersebut, yang mengakibatkan seorang individu tampak belum matang disbanding dengan orang dewasa muda lainnya. Hingga 30 tahlazimlah apabila pria maupun wanita kurang matang dalam beberapa aspek perilaku tertentu, tetapi pada saat yang sama kematangan dalam aspek perilaku lainnya tampak jelas. Secara bertahap, lewat prestasi dan harapan baru dari kelompok sosial, sikap ketidakmatangan yang menandai awal priode ini menghilang, digantikan oleh perkembangan yang lebih seimbang dan lebih matang.
Menguasai tugas-tugas pada masa perkembangan selalu sulit, dan kesulitan ini meningkat apabila ada rintangan yang menghambat perkembangan seseorang. Beberapa bahaya terhadap penyesuaian diri dan sosial yang sangat umum dan sering muncul selama tahun-tahun awal akil balik. Sementara semua orang dewasa tidak perlu mengalami semua bahaya ini, kebanyakan dari bahaya tersebut akan dialami pada suatu ketika oleh mayoritas orang dewasa muda

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut memperluas lingkungan sosial diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya.
Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat bilogis atau fisiologis juga bersifat psikologis. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada prilaku remaja.
Di Indonesia perkembangan remaja masih ada keterbatasannya. Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang tua namun pada kebanyakan remaja awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomik masih bergantung kepada orang tua. Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman lain jenis. Mereka berusaha mencapai kebebasan dalam berpacaran. Mereka mempunyai kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tadi sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Hal ini berarti sebagai tanda kedewasaan, mereka mulai mengorbankan sebagian besar hubungan emosi mereka dengan orang tua mereka dalam usaha menjadi anggota kelompok teman sebaya.
B. Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian Remaja?
B. Apakah yang menjadi kriteria/ ciri-ciri Remaja?
C. Bagaimanakah perkembangan sosial Remaja?
D. Bagaimanakah perkembangan emosional Remaja?
E. Bagaimanakah perkembangan kognitif Remaja?
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi nilai persyaratan matakuliah Psikologi Perkembangan
2. Mengetahui siapakah remaja itu
3. Mengetahui aspek-aspek perubahan apa saja pada masa remaja
4. Memberi wawasan mengenai perkembangan aspek sosial, emosional, dan kognitif pada masa remaja
masyarakat
Pemuda atau remaja merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang menolak kekuasaan.
Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan Negara.
Peranan lebih lanjut tentang peran pemuda dalam masyarakat adalah sebagai penerus generasi golongan tua yang berperan penting di dalam lingkungan masyarakat. Berorganisasi dalam berbagai rangkaian kegiatan sosialisasi, maupun yang lainnya. Para generasi penerus ini juga berperan penting dalam kondisi demokrasi dalam masyarakat sekitar. Contoh, dalam rangka pemilihan ketua RT atau ketua RW. Seluruh masyarakat sekitar ikut berpartisipasi untuk menyalurkan suaranya, termasuk para generasi penerus tersebut. Dan selanjutnya, bisa bersosialisasi dan bergabung dengan kelompok golongan tua, dalam hal bermasyarakat, maupun berorganisasi. Mereka juga bisa mengadakan sosialisasi atar sesamanya, seperti contoh berorganisasi membentuk grup olahraga, seperti basket. Dan secara otomatis, mereka akan berbagi, dan bersosialisasi antar sesamanya. Dan oleh sebab itu, akan terjadi hubungan kontak yang baik antar sesama, mengenal sesama, dan saling membantu jika ada yang mengalami kesulitan dalam segala hal.





.  Perubahan pada emosi
v  Mudah terusik, agresif, murung, cuek, memberontak, emosional.
v  Sangat mengambil kira tentang penampilan diri mereka, apa orang lain kata dan fikirkan.
v  Suka menyendiri, berkurung dalam bilik, lihat cermin,
v  Merasa malu dan keliru dengan perubahan diri
v  Merasakan tarikan seksual dan mudah dirangsang.
v  Mengalami rasa ingin tahu tentang seks dan mudah jatuh cinta.
v  Tidak suka diatur dan disuruh oleh ibu dan bapak.
v  Sering berselisih paham dengan orang tua.



  Penyesuaian Diri Sosial pada Remaja
Penyesuaian diri sosial terhadap orang lain dan lingkungan sangat diperlukan oleh setiap orang, terutama dalam usia remaja. Pada usia ini remaja banyak mengalami kegoncangan dan perubahan dalam dirinya. Penyesuaian diri sosial yang baik pada remaja adalah ketika orang lain mau menerimanya, penyesuaian diri sosial yang baik akan terbina dengan menciptakan hubungan yang harmonis, mau menyesuaiakan nilai-nilai yang ada, tidak saling cemburu terhadap orang lain, tidak merugikan orang lain, tidak agresif, bersikap baik, tidak suka mengkritik orang lain, tidak mudah depresi jika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Kemudian ditambahkan oleh Barret-Lennard states (Hurlock, 1973) bahwa penyesuaian diri sosial yang baik pada remaja adalah ketika remaja tidak mngubah dirinya hanya untuk menyenangkan orang lain. (Hurlock, 1973).
Hurlock (1980) menambahkan ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian diri sosial pada remaja akan mengakibatkan individu tidak puas pada diri sendiri dan mempunyai sikap-sikap menolak diri. Remaja yang mengalami perasaan ini merasa dirinya memainkan peran orang yang dikucilkan. Akibatnya remaja tidak mengalami saat-saat yang menggembirakan seperti yang dinikmati oleh teman-teman sebayanya.
Status remaja pada masa peralihan berada dalam posisi tanggung karena dalam masa transisi ini remaja tidak diakui sebagai anak–anak lagi tetapi juga belum dapat dikategorikan dewasa karena belum mampu melakukan tugas-tugas orang dewasa seutuhnya. Dalam masa tersebut banyak perubahan yang terjadi diantaranya adalah perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial (Hurlock, 1980).
Perkembangan sosial diawali saat remaja mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang tua dan menjadi lebih tergantung kepada teman-teman sebaya, interaksi dengan teman sebaya membuat remaja sadar akan tekanan sosial dan pentingnya hubungan sosial, sehingga remaja harus lebih banyak melakukan aktivitas dengan teman sebaya (Hurlock, 1980).
Remaja dalam dunia sosial berusaha untuk mencapai kedewasaan, remaja ingin tenggelam dalam berbagai kegiatan dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kesayangan orang di sekitar. Kadang–kadang keinginan untuk mendapatkan kesayangan dan penerimaan dari orang lain sedemikian kuatnya, sehingga mempengaruhi tingkah laku dan penampilannya. Keinginan yang amat sangat terhadap keberhasilan dalam hubungan sosial akan mempengaruhi perkembangan remaja yang bersangkutan. Selain itu mempelajari tindak sosial terhadap orang lain, merupakan persoalan sosial terpenting yang harus dihadapi remaja (Panuju dan Umami, 1999).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja sebagaimana manusia lain adalah merupakan makhluk monodualis yaitu disamping sebagai pribadi atau individu sekaligus sebagai makhluk, tidak ada satupun orang yang dapat hidup tanpa bergantung kepada masyarakat. Manusia hidup mulai dari alam kandungan, kemudian dilahirkan dan melalui tahapan–tahapan mulai dari masa kanak–kanak hingga remaja selalu membutuhkan atau bergantung dengan lingkungan sosial maka dari itu kemampuan penyesuaian diri sosial sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai upaya untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat.

3. Aspek–aspek Penyesuaian Diri Sosial
Hurlock (1978) mengemukakan empat kriteria untuk menentukan sejauhmana penyesuaian diri individu secara sosial, sebagai berikut :
a.      Penampilan nyata
Bila perilaku individu yang dinilai dengan standar kelompoknya dianggap memenuhi harapan kelompoknya maka ia akan diterima oleh kelompoknya. Penampilan nyata ini dapat dilihat contohnya yang diungkapkan oleh Hurlock (1980), bahwa sebagian besar remaja mengetahui bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obat terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri akibatnya.
b.      Penyesuaian diri  terhadap berbagai kelompok
Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun dengan orang dewasa dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Salah satu perilaku yang dapat mewakili yaitu tidak mudah merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal. (Hurlock, 1980)
c.       Sikap sosial
Individu menunjukkan sikap yang baik dan  menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam menjalankan perannya serta ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Sikap sosial ini dapat juga ditandai dengan adanya perilaku bertanggung jawab, tidak mudah menyerah dan tidak menunjukkan sikap yang agresif (Hurlock, 1980)
d.      Kepuasan pribadi
Penyesuaian diri secara sosial dapat dikatakan baik jika individu merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial. Kepuasan pribadi ini dapat juga ditunjukkan dengan adanya perilaku tidak mencari perhatian dengan menunjukkan kemunduran perilaku ke tingkat sebelumnya, tidak menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, dan berkhayal (Hurlock, 1980)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa empat aspek-aspek dari penyesuaian diri sosial adalah penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial dan kepuasan pribadi.


                                                                               

               Pengertian Teater Nusantara



Teater Nusantara adalah semua bentuk teater yang hidup dan berkembang di wilayah nusantara, serta memiliki ciri-ciri khusus yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Teater Nusantara merupakan bagian dari media komunikasi tradisional khususnya pada pertunjukkan teater tradisi kehidupan. Merupakan tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak, contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain. Yang merupakan salah satu bentuk karya sastra, dalam pengertian yang lebih luas adalah, penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti.

Teater Nusantara di daerah yang satu dengan daerah yang lain di Indonesia memiliki kesamaan, di samping perbedaan-perbedaannya. Apa-lagi dengan teater daerah di mancanegara, yang batas penonton dan yang ditonton sangat tegas. Akan tetapi, teater daerah di nusantara belum begitu tegas, walaupun dalam perkembangannya teater tradisional di Nusantara ada batas antara yang ditonton dengan penonton.


Pola Hidup Sehat


Pola Hidup Sehat – Sahabat sehat semua juga saya tentunya pasti ingin untuk hidup sehat selalu. Dengan hidup sehat kita akan nyaman dan tentram dalam menjalani kehidupan. Dibandingkan dengan menjalani hidup dengan sakit, tentu lebih baik kita melakukan gaya hidup sudah sehat agar kita selalu sehat. Untuk kesempatan kali ini portal kesehatan akan menyajikan pembahasan mengenai pola hidup sehat ini.
Pola hidup sehat adalah gaya hidup yang memperhatikan segala aspek kondisi kesehatan. Mulai dari aspek makanan, minuman, nutrisi yang dikonsumsi dan perilaku kita sehari-hari. Baik itu dalam sebuah rutinitas olahraga yang tentu akan  menjaga kondisi kesehatan dan juga akan menghindarkan dari segala hal yang bisa jadi penyebab penyakit bagi tubuh kita. Seperti itulah kurang lebih pengertian pola hidup sehat.
Kesehatan adalah dambaan kita semua. Untuk hidup sehat tentunya kita akan menjalankan sebuah aktifitas rutin dengan memperhatikan gaya hidup sehat. Kekayaan lahir dan batin tidak akan ada artinya bila kita masih terjebak dalam kondisi atau situasi sakit baik itu karena virus penyakit atau pun karena tingkah polah kita yang tidak memperhatikan kondisi badan.

Pola hidup sehat selalu berhubungan dengan faktor makanan yang menyehatkan serta menjauhi dari pola makanan tidak sehat yang kedepannya akan menyebabkan hari-hari kita menjadi sakit karena timbul penyakit. Selain dari aspekmakanan yang sehat juga bergizi satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah menjaga kondisi tubuh kita supaya tetap bugar dengan menjalani olahraga yg teratur dan menjauhi terporsir nya tenaga dan pikiran sehingga tubuh kita kecapekan dan pikiran kita stress.

Dengan selalu memperhatikan pola hidup sehat semoga kita bisa selalu dalam keadaan sehat. Bisa menjalani kehidupan ini dengan penuh makna bersama keluarga atau lingkungan sekitar kita.