BAHAYA PERSONAL DAN SOSIAL PADA MASA DEWASA
Berbagai bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masNIa dewasa dini berasal
dari kegagalan untuk menguasai beberapa tugas perkembangan yang penting pada
usia tersebut.
Kegagalan dalam menguasai tugas-tugas perkembangan masa dewasa dini yang
mengakibatkan kegagalan memenuhi harapan sosial dalam berbagai aspek perilaku
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.
Rintangan yang dapat menghambat penguasaan tugas perkembangan pada masa dewasa
awal, diantaranya ialah:
1. Dasar yang Kurang Memadai
2. Hambatan Fisik
3. Latihan yang Tidak Runtut
4. Perlindungan yang Berlebihan
5. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya yang Berkepanjangan
6. Aspirasi yang Tidak Realistik
Beberapa bahaya terhadap penyesuaian diri dan sosial yang sangat umum dan
sering muncul selama tahun-tahun awal akil balik. Sementara semua orang dewasa
tidak perlu mengalami semua bahaya ini, kebanyakan dari bahaya tersebut akan
dialami pada suatu ketika oleh mayoritas orang dewasa muda.
Berbagai bahaya personal maupun sosial yang terdapat pada masa dewasa dini,
yaitu:
1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang terjadi pada masa dewasa dini juga tidak jauh berbeda dengan
bahaya fisik pada masa kanak-kanak atau remaja.
Bahaya fisik tersebut diantaranya ialah:
a. Cacat fisik
b. Kesehatan badan
c. Penampilan yang kurang menarik
Akibat dari bahaya fisik ini adalah datangnya perasaan frustasi dan ketidak
percayaan diri. Selain itu, bahaya fisik ini pun dapat mempersulit seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial.
2. Bahaya Keagamaan
Dua hambatan keagamaan yang terjadi pada masa dewasa dini yaitu:
a. Penyesuaian diri pada suatu agama baru sebagai pengganti agama keluarga di
masa kanak-kanak
b. Tekanan dari sanak saudara suami atau isteri untuk memeluk agama mereka
dalam perkawinan campuran.
Hambatan atau bahaya ini dapat mengganggu keadaan emosional individu pada masa
dewasa awal.
3. Bahaya Sosial
Banyak orang pada masa dewasa awal mengalami hambatan yang sifatnya sosial.
Tiga diantaranya adalah yang umum terjadi pada masa dewasa awal, yaitu:
a. Hambatan untuk bergabung dengan kelompok siosial tertentu yang cocok.
b. Rasa tidak puas dengan peran yang yang harus dimainkan dalam memenuhi
harapan kelompok
c. Mobilitas sosial yang mengharuskan mereka untuk menyesuaikan dengan
lingkungan baru.
4. Bahaya Peran Seks
Pada masa dewasa dini, seorang wanita cenderung untuk merasa lelah dan
terpetangkap dengan apa yang sedang dihadapinya
sebagai seorang ibu rumah tangga. Dia harus mengurusi segalanya di rumah serta
mengalami konflik mendahulukan karier suami.
Berbagai bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masa
dewasa dini berasal dari kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar
tugas perkembangan yang penting pada usia tersebut, yang mengakibatkan seorang
individu tampak belum matang disbanding dengan orang dewasa muda lainnya.
Hingga 30 tahlazimlah apabila pria maupun wanita kurang matang dalam beberapa
aspek perilaku tertentu, tetapi pada saat yang sama kematangan dalam aspek
perilaku lainnya tampak jelas. Secara bertahap, lewat prestasi dan harapan baru
dari kelompok sosial, sikap ketidakmatangan yang menandai awal priode ini
menghilang, digantikan oleh perkembangan yang lebih seimbang dan lebih matang.
Menguasai tugas-tugas pada masa perkembangan selalu sulit,
dan kesulitan ini meningkat apabila ada rintangan yang menghambat perkembangan
seseorang. Beberapa bahaya terhadap penyesuaian diri dan sosial yang sangat
umum dan sering muncul selama tahun-tahun awal akil balik. Sementara semua
orang dewasa tidak perlu mengalami semua bahaya ini, kebanyakan dari bahaya
tersebut akan dialami pada suatu ketika oleh mayoritas orang dewasa muda
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh
berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula
orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai
mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai
melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran
sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan
dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru,
teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi
terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah
laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya
perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja
semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan remaja semakin
meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut memperluas lingkungan sosial diluar lingkungan keluarga,
seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya.
Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak dan orang dewasa ada beberapa
perbedaan yang selain bersifat bilogis atau fisiologis juga bersifat
psikologis. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua
aspek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada
masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam
interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada prilaku
remaja.
Di Indonesia perkembangan remaja masih ada keterbatasannya. Di satu sisi
walaupun ingin melepas dari orang tua namun pada kebanyakan remaja awal masih
tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomik masih bergantung
kepada orang tua. Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya hubungan seksual
tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka sudah
bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman lain jenis. Mereka berusaha mencapai
kebebasan dalam berpacaran. Mereka mempunyai kecenderungan yang sama untuk
menghayati kebebasan tadi sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Hal ini
berarti sebagai tanda kedewasaan, mereka mulai mengorbankan sebagian besar
hubungan emosi mereka dengan orang tua mereka dalam usaha menjadi anggota
kelompok teman sebaya.
B. Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian Remaja?
B. Apakah yang menjadi kriteria/ ciri-ciri Remaja?
C. Bagaimanakah perkembangan sosial Remaja?
D. Bagaimanakah perkembangan emosional Remaja?
E. Bagaimanakah perkembangan kognitif Remaja?
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi nilai persyaratan matakuliah Psikologi Perkembangan
2. Mengetahui siapakah remaja itu
3. Mengetahui aspek-aspek perubahan apa saja pada masa remaja
4. Memberi wawasan mengenai perkembangan aspek sosial, emosional, dan kognitif
pada masa remaja
masyarakat
Pemuda atau remaja merupakan generasi penerus sebuah bangsa,
kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan
dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran
pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang menolak kekuasaan.
Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu
berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia
merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh.
Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya
untuk bangsa dan Negara.
Peranan lebih lanjut tentang peran pemuda dalam masyarakat adalah sebagai
penerus generasi golongan tua yang berperan penting di dalam lingkungan
masyarakat. Berorganisasi dalam berbagai rangkaian kegiatan sosialisasi, maupun
yang lainnya. Para generasi penerus ini juga berperan penting dalam kondisi
demokrasi dalam masyarakat sekitar. Contoh, dalam rangka pemilihan ketua RT
atau ketua RW. Seluruh masyarakat sekitar ikut berpartisipasi untuk menyalurkan
suaranya, termasuk para generasi penerus tersebut. Dan selanjutnya, bisa
bersosialisasi dan bergabung dengan kelompok golongan tua, dalam hal
bermasyarakat, maupun berorganisasi. Mereka juga bisa mengadakan sosialisasi
atar sesamanya, seperti contoh berorganisasi membentuk grup olahraga, seperti
basket. Dan secara otomatis, mereka akan berbagi, dan bersosialisasi antar
sesamanya. Dan oleh sebab itu, akan terjadi hubungan kontak yang baik antar
sesama, mengenal sesama, dan saling membantu jika ada yang mengalami kesulitan
dalam segala hal.
. Perubahan pada emosi
v Mudah terusik, agresif, murung, cuek, memberontak, emosional.
v Sangat mengambil kira tentang penampilan diri mereka, apa orang lain
kata dan fikirkan.
v Suka menyendiri, berkurung dalam bilik, lihat cermin,
v Merasa malu dan keliru dengan perubahan diri
v Merasakan tarikan seksual dan mudah dirangsang.
v Mengalami rasa ingin tahu tentang seks dan mudah jatuh cinta.
v Tidak suka diatur dan disuruh oleh ibu dan bapak.
v Sering berselisih paham dengan orang tua.
Penyesuaian Diri
Sosial pada Remaja
Penyesuaian
diri sosial terhadap orang lain dan lingkungan sangat diperlukan oleh setiap
orang, terutama dalam usia remaja. Pada usia ini remaja banyak mengalami
kegoncangan dan perubahan dalam dirinya. Penyesuaian diri sosial yang baik pada
remaja adalah ketika orang lain mau menerimanya, penyesuaian diri sosial yang
baik akan terbina dengan menciptakan hubungan yang harmonis, mau menyesuaiakan
nilai-nilai yang ada, tidak saling cemburu terhadap orang lain, tidak merugikan
orang lain, tidak agresif, bersikap baik, tidak suka mengkritik orang lain,
tidak mudah depresi jika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Kemudian
ditambahkan oleh Barret-Lennard states (Hurlock, 1973) bahwa penyesuaian diri
sosial yang baik pada remaja adalah ketika remaja tidak mngubah dirinya hanya
untuk menyenangkan orang lain. (Hurlock, 1973).
Hurlock
(1980) menambahkan ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian diri sosial pada
remaja akan mengakibatkan individu tidak puas pada diri sendiri dan mempunyai
sikap-sikap menolak diri. Remaja yang mengalami perasaan ini merasa dirinya
memainkan peran orang yang dikucilkan. Akibatnya remaja tidak mengalami
saat-saat yang menggembirakan seperti yang dinikmati oleh teman-teman
sebayanya.
Status
remaja pada masa peralihan berada dalam posisi tanggung karena dalam masa
transisi ini remaja tidak diakui sebagai anak–anak lagi tetapi juga belum dapat
dikategorikan dewasa karena belum mampu melakukan tugas-tugas orang dewasa
seutuhnya. Dalam masa tersebut banyak perubahan yang terjadi diantaranya adalah
perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial (Hurlock, 1980).
Perkembangan
sosial diawali saat remaja mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap
orang tua dan menjadi lebih tergantung kepada teman-teman sebaya, interaksi
dengan teman sebaya membuat remaja sadar akan tekanan sosial dan pentingnya
hubungan sosial, sehingga remaja harus lebih banyak melakukan aktivitas dengan
teman sebaya (Hurlock, 1980).
Remaja
dalam dunia sosial berusaha untuk mencapai kedewasaan, remaja ingin tenggelam
dalam berbagai kegiatan dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kesayangan
orang di sekitar. Kadang–kadang keinginan untuk mendapatkan kesayangan dan
penerimaan dari orang lain sedemikian kuatnya, sehingga mempengaruhi tingkah
laku dan penampilannya. Keinginan yang amat sangat terhadap keberhasilan dalam
hubungan sosial akan mempengaruhi perkembangan remaja yang bersangkutan. Selain
itu mempelajari tindak sosial terhadap orang lain, merupakan persoalan sosial
terpenting yang harus dihadapi remaja (Panuju dan Umami, 1999).
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja sebagaimana manusia lain adalah
merupakan makhluk monodualis yaitu disamping sebagai pribadi atau individu
sekaligus sebagai makhluk, tidak ada satupun orang yang dapat hidup tanpa
bergantung kepada masyarakat. Manusia hidup mulai dari alam kandungan, kemudian
dilahirkan dan melalui tahapan–tahapan mulai dari masa kanak–kanak hingga remaja
selalu membutuhkan atau bergantung dengan lingkungan sosial maka dari itu
kemampuan penyesuaian diri sosial sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai upaya
untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat.
3. Aspek–aspek
Penyesuaian Diri Sosial
Hurlock
(1978) mengemukakan empat kriteria untuk menentukan sejauhmana penyesuaian diri
individu secara sosial, sebagai berikut :
a. Penampilan nyata
Bila
perilaku individu yang dinilai dengan standar kelompoknya dianggap memenuhi
harapan kelompoknya maka ia akan diterima oleh kelompoknya. Penampilan nyata
ini dapat dilihat contohnya yang diungkapkan oleh Hurlock (1980), bahwa
sebagian besar remaja mengetahui bila mereka memakai model pakaian yang sama
dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan baginya untuk diterima
oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba
minum alkohol, obat-obat terlarang atau rokok, maka remaja cenderung
mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri akibatnya.
b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok
Individu
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman
sebaya maupun dengan orang dewasa dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik.
Salah satu perilaku yang dapat mewakili yaitu tidak mudah merasa ingin pulang
bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal. (Hurlock, 1980)
c. Sikap sosial
Individu
menunjukkan sikap yang baik dan
menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam menjalankan
perannya serta ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Sikap sosial ini
dapat juga ditandai dengan adanya perilaku bertanggung jawab, tidak mudah
menyerah dan tidak menunjukkan sikap yang agresif (Hurlock, 1980)
d. Kepuasan pribadi
Penyesuaian
diri secara sosial dapat dikatakan baik jika individu merasa puas terhadap
kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial.
Kepuasan pribadi ini dapat juga ditunjukkan dengan adanya perilaku tidak
mencari perhatian dengan menunjukkan kemunduran perilaku ke tingkat sebelumnya,
tidak menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, dan
berkhayal (Hurlock, 1980)
Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa empat aspek-aspek dari penyesuaian diri
sosial adalah penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok,
sikap sosial dan kepuasan pribadi.